Selasa, 20 Juni 2017

Home Brewers (bukan barista) seduh metode V60




Backsoundnya Favorit sekali.
Dari Band Indie "Aksara Nada"
Videonya dari @1cangkir1buku
Sila bisa follow akun Instagramnya

Sabtu, 10 Juni 2017

Artikel singkat 1cangkir 1buku dan Komunitas Saung Mang Dedi

Buka Bersama Komunitas Saung Mang Dedi diinisiasi oleh beberapa orang yang sering atau berkumpul di Saung Mang Dedi yang beralamat di Desa Sindangpakuon Dusun Manabaya Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang, dan ini menjadi acara tahunan sejak berdirinya komunitas tersebut beberapa tahun silam.
Karena memang satu hal dengan yang lainnya, kami memang jarang sekali berkumpul atau silaturahmi bertatap muka. Tidak bisa kita pungkiri, sejauh ini media sosial yang paling mudah untuk dimanfaatkan untuk menjaga komunikasi. Namun tetap, muara setelah itu adalah kumpul dan ngopi bareng.  Maka dari itu sepakat untuk kembali berkumpul dimomen Bulan Suci Ramadhan.
Beberapa minggu ke belakang kami juga sempat membuat acara dengan tema “Munggahan Jilid 3 Komunitas Saung Mang Dedi road to Siram Bambu”. Namun dengan kesibukannya masing-masing, akhirnya yang ikut berkumpul hanya beberapa orang saja.
Nah. Kali ini ada yang berbeda. Acara Buka Bersama tersebut diisi oleh beberapa pegiat sosial dan literasi selain pegiat musik tradisional bambu.
Kita sebut saja ada dari “1cangkir 1buku”. Kita ulas sedikit tentang nama tersebut.
1cangkir 1buku adalah salah satu lini produktif dari salah seorang pegiat musik bambu yang aktif di Komunitas Saung Mang Dedi. Kopi yang menjadi media untuk mengumpulkan donasi berupa buku untuk menjadi perpustakaan kecil atau kedai baca ataupun untuk di donasikan.
Kemudian ada dari Panti Baca Ceria. Mungkin sudah banyak yang mengenal nama tersebut.
Kegiatan literasi yang di gagas oleh Mang Ipul di seputaran Sumedang Kota.
Kegiatan yang keren menurut saya. Selain menumbuh kembangkan kembali minat budaya membaca, juga merawat ingatan dan kewarasan.
1cangkir 1buku membuat program kerja bersama Panti Baca Ceria dan Komunitas Saung Mang Dedi dalam kegiatan sosial dan budaya.
Dari segi sosialnya banyak yang akan kita kerjakan. Salah satunya untuk saat ini mengumpulkan donasi berbentuk baju layak pakai dan sembako. Program jangka panjangnya akan banyak lagi yang bakalan kita kerjakan atau lakukan.
Dari segi budaya. Kami akan, wajib dan harus terus menerus mengenalkan, mengembangkan dan membudayakan Seni Tradisional Jawab Barat, khususnya seni Karinding dan Celempung.
Karena kami berangkat dari seni musik etnik ini, itu berarti kami mempunyai tanggung jawab yang lebih untuk menjaga kelestariannya.
Harapan kami kedepannya adalah untuk tetap menjaga silaturahmi dan menjalankan program kerja dengan sebaik mungkin dan dengan nyata dan cinta yang menyala
Karena jika tidak sekarang, kapan lagi?
Semoga program kerja ini terus berkelanjutan dan melahirkan generasi-generasi muda yang sadar sosial, budaya, lingkungan dan alam.
Kembali pada hakikat dan lingkaran yang sesungguhnya. Memanusiakan manusia,cinta dan nyata.
(Ridwan F Fauzi)

Selasa, 02 Mei 2017

Bidadari Penyeduh Kopi

Untukmu perempuan yang sedang menyelami seduhan kopi
Telah aku sesapi secangkir kopi darimu
Dengan segala rasa yang ada di dalamnya
Yang meninggalkan rasa asam dalam angan
Yang meninggalkan rasa pahit dalam jantung hati
Tapi selalu meninggalkan rasa manis pada sesapan akhir
Itu membuatku berimajinasi dalam segala kemungkinan-kemungkinan

Di balik meja bar kau tepat berdiri dihadapanku
Sedang meramu biji kopi dengan sepenuh hati
Kau seduh dengan cinta, kasih, sayang dan keniscayaan
Kau tuangkan air pada cangkir

Ah Tuhan ...
Rupanya kau lupa menutup pintu di kahyangan sana
Sehingga satu bidadari turun ke bumi dan terampil sekali perihal seduh kopi dan mengobrak abrik inti jantung hati seorang lelaki yang menulis tentang ini

red (RFF)

Jumat, 14 April 2017

Sebuah keniscayaan II

Malam ini masih tentangmu, puan
Yang melemahkan sendi-sendi pijar sehabis hujan
Yang mengantar kerinduan dan keresahan
Yang membisukan kata-kata mesra
Diiringi petikan dawai kecapi

Saat kita sedia untuk saling melupa
Dengan keingin tidak tahuannya
Dengan ruang semesta satu sama lain
Dengan puisi-puisi yang ku tulis
Lalu kau meminta untuk tidak saling menyembuhkan

Mengenang awal perjumpaan manis yang melekat di kepalaku, nona
Kita begitu meriah merayakan senja yang sempat pergi ke kota
Cahaya-cahaya merangkul mesra gembira
Menanti kepulangan bias jingga hapuskan luka

Sayang
kau boleh mencaci senjamu
Jika yang ia berikan hanya derita
Kau boleh kutuki jinggamu
Jika sebuah semoga tak kunjung tiba

Terbenamlah sesak rindu dibalut senja
Aku tahu bahwa keabadian hanya milik penciptanya
Tak ada kehakiki-an yang abadi
Bahkan senja pun tak tahu, esok ia akan se-jingga apa
Seperti dalam buku yang ku baca, dan
Aku yakini itu sebagai keniscayaan

-Ridwan F Fauzi-